Namaku Fitri, umurku 22 tahun. Aku adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja. Saat ini aku sudah berada di tingkat akhir dan sedang dalam masa penyelesaian skripsi. Sebelum aku memulai kisah yang akan menjadi kisah indah bagiku, perkenankan aku mendeskripsikan diriku.
Tinggiku 160 cm dengan berat 45 kg. Rambutku hitam panjang sepinggul dan lurus. Kulitku putih bersih. Mataku bulat dengan bibir mungil dan penuh. Payudaraku tidak terlalu besar, dengan ukuran 34 B.
Sebulan yang lalu, seorang laki-laki berumur 28 tahun memintaku jadi pacarny. Permintaan yang tak mungkin aku tolak, karena dia adalah sosok yang selalu ku impikan. Dia seperti pangeran bagiku. Badannya yang tinggi dan atletis serta sorot matanya yang tajam selalu membuatku terpana.
Namanya adalah Jaka, kekasih pertamaku. Jaka sudah bekerja di perusahaan swasta di Jogja. Jaka sangat romantis, dia selalu bisa membawaku terbang tinggi ke dunia mimpi. Ribuan rayuan yang mungkin terdengar gombal selalu bagai puisi di telingaku. Sejauh ini hubungan kami masih biasa saja.
Beberapa kali kami melakukan ciuman lembut di dalam mobil atau saat berada di tempat sepi. Tapi lebih dari itu kami belum pernah. Sejujurnya, aku kadang menginginkan lebih darinya. Membayangkannya saja sering membuatku masturbasi.
Hari ini (30 Maret 2014) tepat sebulan hari jadi kami. Jaka dan aku ingin merayakan hari jadi tersebut. Setelah diskusi panjang, akhirnya diputuskan weekend kita berlibur ke kaliurang.
Sabtu yang ku tunggu datang juga. Jaka berjanji akan menjemputku pukul 07.00 WIB. Sejak semalam rasanya aku tidak bisa tidur karena berdebar-debar. Untuk hari yang istimewa ini, aku juga memilih pakaian yang istimewa. Aku mengenakan kaos tanpa lengan berwarna biru dan celana jeans 3/4. Rambut panjangku hanya dijepit saja.
Karena takut nanti basah saat bermain di air terjun, aku membawa sepasang baju ganti dan baju dalam. Tak lama kemudia Jaka datang dengan mobil honda jazz putihnya. Ahh,, Jaka selalu tampak menawan di mataku. Padahal dia hanya memakai kaos hitam dan celana jeans panjang.
“Sudah siap berangkat, Nggi?” aku pun mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil. Perjalanan tidak memakan waktu lama karena jalanan masih cukup sepi. Sekitar 45 menit kemudian kita sampai di tempat wisata. Ternyata pintu masuk ke area wisata masih ditutup.
“Masih tutup, mas.. Kita jalan dulu aja ke tempat lain, gimana?” tanyaku.
“Iya.. coba lebih ke atas. Siapa tau ada pemandangan bagus.”
Jaka segera menjalankan mobilnya. Tidak begitu banyak pemandangan menarik. Begitu sekeliling tampak sepi, Jaka memarkir mobilnya.
“Kita nunggu di sini aja ya, sayang. Sambil makan roti coklat yang tadi aku beli. Kamu belum sarapan, kan?”
“iya, mas.. Fitri juga lapar”
Sambil makan roti, Jaka dan aku berbincang-bincang mengenai tempat-tempat yang akan kami kunjungi. Tiba-tiba…
“Aduh Fitri sayang, udah gede kok makannya belepotan kayak anak kecil,,,” ucapnya sambil tertawa. Aku jadi malu dan mengambil tisue di dashboard. Belum sempat aku membersihkan mukaku, Jaka mendekat, “Sini, biar mas bersihin.” Aku tidak berpikir macam-macam.
Tapi Jaka tidak mengambil tisue dari tanganku, namun mendekatkan bibirnya dan menjilat coklat di sekeliling bibirku. Oooh,, udara pagi yang dingin membuatku jantungku berdebar sangat kencang.
“Nah, sudah bersih.” Ucap Jaka sambil tersenyum. Tapi wajahnya masih begitu dekat, sangat dekat, hanya sekitar 1-2 cm di hadapanku. Sekuat tenaga aku mengucapkan terima kasih dengan suara sedikit bergetar.
Jaka hanya tersenyum, kemudian dengan lembut tangan kirinya membelai pipiku, menengadahkan daguku. Bisa ku lihat matanya yang hitam memandangku, membuatku semakin bergetar. Aku benar-benar berusaha mengatur nafasku. Seketika, ciuman Jaka mendarat di bibirku.
Aku pun membalas ciumannya. Ku lingkarkan kedua tanganku di lehernya. Ku rasakan tangan kanan Jaka membelai rambutku dan tangan kirinya membelai lenganku. Tak berapa lama, ku rasakan ciuman kami berbeda, ada gairah di sana.
Sesekali Jaka menggigit bibirku dan membuatku mendesah, “uhhhh…” refleks aku memperat pelukanku, meminta lebih.
Tapi Jaka justru mengakhirinya, “I love you, honey” Lalu mengecup bibirku dengan cepat dan melepaskan pelukannya.
Aku berusaha tersenyum, “I love you, too”. dalam hati aku benar-benar malu, karena mendesah. Mungkin kalau aku tidak mendesah, ciuman itu akan berlanjut lebih. Aaahh,,, bodohnya aku. Jaka lalu menjalankan mobilnya menuju tempat wisata.
Kami bermain dari pagi hingga malam menjelang. Tak terasa sudah pukul 19.00 WIB. Sebelum kembali ke kota, kami makan malam dulu di salah satu restoran. Biasa, tidak ada makan malam hanya 1 jam. Selesai makan, ku lihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 21.30
“Waduh, mas,,, sudah jam segini. Kos Fitri dah tutup, nih. Fitri lupa pesen maw pulang telat. Gimana, ini?”
“Aduuh,, gimana, ya?? Ga mungkin juga kamu tidur di kos mas.”
“Uuuh,, gimana, dong??”
“Udah, jangan cemas. Kita cari jalan keluarnya sambil jalan aja.”
Selama perjalanan aku benar-benar bingung. Di mana aku tidur malam ini??
“Sayang, kita tidur di penginapan aja, ya. Daerah sini kan banyak penginapan. Gimana?”
“Iya deh, mas.. dari pada Fitri tidur di luar”
Tak lama kemudia Jaka berhenti di sebuah penginapan kecil dengan harga murah. Tapi ternyata kamar sudah penuh karena ini malam minggu dan banyak yang menginap. Sampai ke penginapan kelima, akhirnya ada juga kamar kosong. Tapi cuma satu.
Karena sudah hampir pukul 23.00 kami memutuskan mengambil kamar tersebut. Sampai di kamar, Jaka langsung berbaring di kasur yang ukurannya bisa dibilang single bed. Aku sendiri karena merasa badna lengket, masuk ke kamar mandi untuk ganti baju. Selesai mandi, dalam hati dongkol juga.
Kalau tau nginap begini, satu kamar, aku kan bisa bawa baju dalamku yang seksi. Terus pake baju yang seksi juga. Soalnya aku cuma bawa tank top ma celana jeans panjang.
Hilang sudah harapanku bisa merasakan keindahan bersama Jaka. Selesai mandi, aku segera keluar kamar. Tampak Jaka sudah tidur. Sedih juga, liat dia udah tidur. Aku pun naik ke atas kasur dan membuat dia terbangun.
“Dah selesai mandi, ya..”
“Iya,, mas ga mandi??”
“Ga bawa baju ganti ma handuk”
“Di kamar mandi ada handuk, kok. Pake baju itu lagi aja, mas”
Jaka mungkin merasa gerah juga, jadi dia pun mengikuti saranku. Gantian aku yang merasa mengantuk. Segera ku tarik selimut dan memejamkan mata tanpa berpikit apa-apa. Baru beberapa saat aku terlelap, ku rasakan ada sentuhan dingin di pipiku dan ciuman di mataku.
Saat aku membuka mata, tampak Jaka telanjang dada. Hanya ada sehelai handuk membalut bagian bawah. Badannya yang atletis tampak begitu jelas dan penampilannya membuatku menahan nafas.
“Ngga dingin mas, ga pake baju. Cuma pake handuk” Kataku dengan senyum penuh hasrat.
Tidak ada jawaban dari Jaka. Dengan lembut dan cepat di rengkuhnya kepalaku dan kami pun berciuman. Bukan ciuman lembut seperti biasanya. Tapi ciuman penuh gairah. Lebih dari yang tadi pagi kami lakukan. Lidah kami saling bermain, mengisap, “mmmm…mmm..”
Ku lingkarkan tanganku di punggungnya, ku belai punggungnya. Tangan kananku lalu membelau dadanya yang bidang, memainkan puting susu yang kecil.
Gerakanku ternyata merangsang Jaka, di peluknya aku lebih erat, ku rasakan badannya tepat menindihku. Jaka mengalihkan ciumannya, ke telingaku, “aaah,,mmm,,”
Tangannya menjelajahi badanku, menyentuh kedua gunung kembarku. Di belainya dengan lembut, membuatku mendesah tiada henti
“aaah,,mm,, masss,,,uhh,,,” badanku sedikit menggeliat karena geli. Bisa ku rasakan vaginaku mulai basah karena tindakan tadi. Tangan Jaka, kemudian masuk ke dalam tank topku, menjelajahi punggungku.
Seakan mengerti apa yang dicari Jaka, ku miringkan sedikit badanku dan ku lumat bibirnya penuh nafsu. Jaka pun membalas dengan penuh nafsu dan tidak ada 1 detik kait BH lepas. Ku rasakan tangan Nico langsung kembali ke badanku dan mmbelai langsung kedua payudaraku.
“aaah,,,uhhh,,,”
“Sayang,,, tank topny dilepas, ya” ujarnya dengan nafas tersengal karena penuh gairah. Tanpa persetujuan dariku, lepaslah tank top dan juga BHku. Bagian atasku sudah tak berbusana. Jaka langsung menikmati kedua payudaraku. Di remasnya payudaraku,,, membuatku menggeliat, mendesah,
“aaah,,sss…maass,,uhhh,,,,” Erangan dari mulutku tampaknya membuat Jaka semakin bernafsu, dia kemudian mengulum dan mengisap pentil payudaraku, “aaaahh,,,,ohhh,,,,,mmmm,,,” aku mengerang, mendesah, menggeliat sebagai reaksi dari setiap tindakannya.
Tangan kiri Jaka membelai perutku dengan tangan kanan dan mulut yang masih sibuk menikmati payudaraku yang mengeras. Ku rasakan tanga kiri Jaka cukup kesulitan membuka celana jeansku.
Ku naikkan pinggulku dan kedua tanganku berusaha membukan kaitan celana jeans dengan gemetar. Susah payah celana jeans itu akhrinya terlepas juga. Tanga kiri Jaka tanpa membuang waktu langsung menyusup ke dalam celana dalamku, membelai vaginaku yang sudah basah, “aaahh,,,maass,,aah,,teruus,,ssshh,,mmmmm”
Kurasakan Jaka menekan klitorisku, “aaahh,,,,” membuatku semakin mendesah dan bergetar. Apalagi Jaka masih mengisap puting payudaraku. Tidak lama kemudian ku rasakan seluruh badanku terasa kencang, vaginaku mengalami kontraksi dan aku menggeliat hebat, “AAAHHH,,,,,,” sambil memegang pinggiran tempat tidur menyambut orgasme pertamaku.
Jaka tampak puas dapat membuatku merasakan orgasme. Belum selesai aku mengatur nafas, Jaka berada di antara kedua pahaku, dijilatinya kedua payudaraku, turun ke bawah, menjilat kedua perutku. Membuatku merasa geli penuh nikmat, “Oooh,,mass,,” Seakan tau apa yang ku inginkan, kedua tangan Jaka melepas celana dalamku.
Tampakalah vaginaku yang memerah dengan sedikit rambut halus di sekitarnya. Jaka kemudian memainkan lidahnya di vaginaku. Jaka menjilati, mengulum vaginaku, membuatku menggelinjang hebat dan ku rasakan kedua kalinya, adanya kontraksi, “aaaaahh,,,,”. Aku orgasme untuk kedua kalinya. Sensasi yang sangat menyenangakan.
Jaka belum puas dengan orgasmeku tadi. Setelah dia membersihkan vaginaku, bisa kurasakan lidah Jaka menerobos masuk dan menyerbu klitorisku. Nafasku semakin memburu dan dari bibirku a terus mengalir alunan desahan kenikmtan yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya.
“Aahh,, mas,,aah,,uuhh,,, eeenaakk,,mmm,,sss”
Aku sangat menikmati oral yang diberikan Jaka. Kurasakan dorongan lidah Jaka lebih dalam lagi ke dalam vaginaku, membuat cairan dari dalam vaginaku terus mengalir tanpa henti.
membuat Desahan yang keluar dari mulutku semakin kencang. Semakin lama Jaka memberikan rangsangan di dalam vaginaku, membuatku menggeliat dan mengerang semakin kuat. Kurasakan lagi vaginaku berkontraksi, dan aku pun orgasme.
Setelah orgasmeku reda, Jaka dengan wajahnya yang basah dan penuh gairah menindih badanku yang sudah telanjang bulat. Jaka mengulum bibir dan lidahku. Tangan kiriku kemudian menarik handuk yang masih menutupi bagian bawahnya. Membuatku merasakan penisnya menusuk perutku, membuatku semakin bergairah. Ciuman kami semakin basah. Mulut kami terbuka lebar, bibir saling beradu. Lidah Jaka dengan lincah menelusuri bagian luar dari mulut dan daguku. aku pun membalas kelincahannya. Lidahku membasahi mulut dan dagunya.
Setiap kali lidahnya menyapu permukaan kulitku, kurasakan api hasrat liarku makin membesar. Lidah kami akhirnya bertemu. Aku makin bertambah semangat dan terus mendesah nikmat.
Tanganku menelusuri seluruh bagian dari punggungku. Jaka membelai kepalaku dan tangan kirinya meremas-remas pantatku yang bulat.
“aaahh,, mass,,,”
Jaka tiba-tiba menghentikan cumbuannya, “sayang… aku mencintaimu, aku ingin kamu seutuhnya” dan mencium lembut bibirku yang sudah basah. Aku sudah terlalu dipenuhi gairah karena segala tindakan Jaka.
Hingga rasanya bicara aku sulit. Kulingkarkan kedua lengaku di leher Jaka dan kuhisap kedua bibirnya dalam-dalam sebagai jawabanku. Aku ingin segera menanggalkan keperawananku dalam pelukan Jaka.
Jaka mengalihkan ciuman bibirnya keleherku yang putih, menciuminya, menjilatinya, membuatku semakin terangsang. Kurasakan penis Jaka mengusap vaginaku, membuatku semakin bergairah, apalagi kedua payudaraku yang sudah sangat mengeras dimainkan oleh Jaka.
Jilatan Jaka dari leherku terus kebawah hingga lidahnya menyentuh ujung puting susuku yang makin membuat aku mengerang tak karuan, “aaahh,,,oohh,,,mmm,,aahh” .Sementara puting susuku yang satu lagi masih tetap dia pilin dengan sebelah tangannya.
Kemudian tangannya terus kebawah payudaraku dan terus hingga akhirnya menyentuh permukaan vaginaku. Tak lama kemudian kurasakan penis Jaka tenggelam di dalam vaginaku setelah susah payah karena vaginaku yang sempit.
“Uuuh,,,aarggh,,,,” ku rasakan nyeri yang sangat hingga menangis.
“Sakit ya, sayang… sabar, ya.. Ntar juga hilang kok” Jaka menenangkanku, sambil mencium mataku yang mengeluarkan air mata.
Setelah kurasakan vaginaku mulai terbiasa dengan kehadiran penis Jaka, Jaka kemudian menggerakkan penisnya perlahan, keluar-masuk vaginaku. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan membuatku mendesah nikmat. Makin lama makin cepat, kembali aku hilang dalam orgasmenya yang kuat dan panjang.
Tapi Jaka yang tampaknya nyaris tidak dapat bertahan, semakin mempercepat gerakannya. Aku yang baru saja orgasme merasakan vaginaku yang sudah terlalu sensitif berkontraksi lagi..
“Sayaang,, aku sudah mau keluar, dikeluarin di mana?” tanya sambil terengah-engah.
“Di dalam saja, mass,,” Toh, aku juga dalam masa tidak subur. jadi buat apa dikeluarin di luar, pikirku.
Tak lama kemudian aku segera mengalami orgasme bersamaan dengan Jaka. Ku rasakan semburan di dalam liang vaginaku yang memberikan kenikmatan tiada tara.
Jaka kemudian merebahkan diri di sampingku dan memeluk erat tubuhku. Tubuh mungilku segera tenggelam dalam pelukannya. Tangan Jaka dengan lembut membelai rambut panjangku, “Fitri sayang… Selamanya kita bersama ya, sayang.” dan ciuman lembut, romantis mendarat di bibirku.
“Iya, mas..” ku cium bibirnya lambat tapi sesaat. kemudian ku rapatkan badanku ke badannya. Ku lihat jam di kamar menunjukkan pukul 01.00, mataku pun sudah lelah dan kami pun tidur dengan pulas.
Pagi menjelang, sinar matahari masuk ke dalam kamar melalu jendela dan membangunkanku. Ada sedikit rasa terkejut melihat wajah Jaka karena baru pertama aku tidur dengan laki-laki.
Tapi teringat kejadian semalam membuatku kembali terangsang. Perlahan, ku cium bibi Jaka yang sedikit terbuka. Ternyata ciumanku membangunkan Jaka yang kemudian membalas ciumanku dengan lebih bergairah dan menggigit telingaku.
“Selamat pagi sayangku, cintaku,,” ucapnya.
“Pagi,,,” ku cium lagi bibirnya dan tak lama kami pun saling mengulum bibir satu sama lai, dan memainkan lidah, menambah kenikmatan di pagi hari. Karena ingin sedikit iseng, ku lepas ciumanku
“Aku mandi dulu, ya…” belum sempat aku berdiri, baru duduk, Jaka menarik perutku, menciuminya dengan lembut. Membuatku menahan keinginan untuk meninggalkan tempat tidur.
“Nanti saja sayang..” Perlahan ciuman Jaka dari perut naik menuju leherku, menjilatinya, membuatku mendesah nikamat, “aahh..mmm..”
Jaka menjilati leherku dari belakang. Tangan kanannya meremas-remas payudaraku dan tangan kirinya menekan vaginaku. Ku rasakan jarinya masuk menyusuri liang vaginaku, memainkan klitorisku. Tak lama badanku pun menggeliat, pinggulku terangkat, dan orgasme pertama pagi itu datang.
Dengan lembut Jaka memangkuku. Diletakannya aku di atas kedua pahanya. Kakiku melingkar di punggungnya. Kami pun berciuman dan Jaka perlahan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.
Jaka kemudian memompa penisnya, membuatku menggelinjang penuh nikmat. Sambil memainkan penisnya, Jaka menikmati kedua payudaraku yang mengeras.
“aaah,,aah,,aahh,,” semakin lama, semakin cepat, dan aku merasakan vaginaku kembali berkontraksi. Ku peluk kepala Jaka dengan erat dan aku mengerang karena orgasme “Aaaaaaahhhh….” yang disusul dengan Jaka yang juga mencapai puncaknya.
Setelah itu kami bercumbu lagi beberapa saat kemudian baru mandi dan pulang ke kota meninggalkan seprei kamar yang basah karena cairanku dan Jaka serta bercak darah pertanda hilangnya keperawananku.
Sebelum memulangkanku ke kos, kami mampir ke kos Jaka untuk bercinta lagi. Sejak saat itu, setiap akhir minggu jika tidak ada kesibukan kami pasti check in di hotel untuk bercinta.
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.